Foto diambil saat wedding ponakan Arno Abdilah. Sabtu, 30 Juni 2018 |
KENAPA HARUS DIGENGGAM
Pernah terdengar dan terbaca olehku dua kutipan yang sangat menyentuh kalbuku ketika saya akan memiliki anak, alias sedang hamil. apa ya kutipan itu?
Kutipan pertama:
"Peganglah kendali anak-anakmu saat mereka kecil, karena jika kamu tak mampu mengendalikan mereka, saat mereka dewasa ibarat melepas kuda liar"
Kuda liar? membayangkan seekor kuda yang liar saja saya sudah ketakutan dan ngeri-ngeri, apa lagi jika suatu saat anak yang kita besarkan penuh perjuangan, terus besarnya seperti kuda liar,Na'uzubillahiminzalik.
Kutipan ini menginspirasi sekali bagiku, menumbuhkan motivasi untuk terus belajar bagaimana menjadi orang tua yang baik, terutama dalam mendidik anak.
Apalagi kondisi sekarang saya sudah memiliki lima orang anak, yang usia kelimanya masih kategori anak-anak, anak pertama diusia 13 Tahun, anak kedua 12 Tahun, anak ketiga 10 Tahun, anak keempat 6 Tahun dan yang paling kecil baru usia 4 Tahun. baca
Dengan adanya lima anak , saya dan suami hampir tiap hari, tiap malam membahas perkembangan mereka, membahas kejadian-kejadian yang terjadi pada mereka, bisa jadi kejadian atau prkembangan ke arah yang positif kadang juga kejadian atau perkembangan yang negatif. Semua permasalahan anak kami bahas bersama, dari A sampai Z.
Kadang kala suami baru saja pulang, aku sudah nyerocos menyampaikan apa yang telah terjadi ketika suami sedang tidak di rumah, bedanya dengan suami yang lebih tinggi tingkat kesabarannya, biasanya ditunggunya dulu saya tenang, barulah dia berceria tentang ulah anak-anak selama saya tidak di rumah. Yah begitulah kondisi yang terjadi pada kami berdua yang memiliki lima orang anak yang usia mereka berdekatan. Semua ini dilakukan sebagai komitmen saya dan suami sejak awal pernikahan bahwa "Anak No Satu". Maksudnya urusan anak harus didahulukan ketika sedang ada masalah, urusan anak harus segera dituntaskan, karena saya dan suami sadar bahwa anak adalah investasi dunia dan akherat yang harus diperjuangkan bersama.
Bagi saya dan suami, selalu membahas permasalah anak dan menuntaskan segera setiap ada permasalahan pada anak-anak merupakan sebuah cara bagi kami agar dapat menggenggap kelima anak ini. Semua kami lakukan tidaklah mudah, penuh dengan drama. Agar saya dan suami tetap nyaman dengan semua permasalah yang datang silih berganti pada anak-anak, ada beberapa hal yang telah disepakati:
1. Selalu berdo'a untuk anak: kesehatan, kesuksesan, keselamatan, kebahagiaan, kesholehan dan semua do'a-do'a yang baik-baik untuk anak. Saya dan suami sepakat bahwa do'a adalah senjata dan kekuatan kami dalam mendidik anak-anak.
2. Punya komitmen bersama bahwa mendidik anak adalah tanggung jawab bersama.
3. Anak-anak harus dibekali dengan pendidikan Agama sejak dini.
4. Menyekolahkan anak di tingkat sekolah dasar, lanjutan, dan menengah harus di sekolah Agama, misalnya pesantren dan madrasah.
5.Kuliah di Perguruan tinggi di serahkan sepenuhnya pada minat dan bakat masing-masing anak.
6. Ketika merka dewasa ingin segera menghantarkan mereka ke jenjang pernikahan.
7. Tidak boleh membicarakan anak, selagi anak itu mendengar pembicaraan. karena biasanya kalau sudah berbicara anak kondisinya menjadi sebuah drama yang penuh intrik dan trik yang kadang drama itu seakan mau berakhir saat itu juga.
8. Tidak boleh membela anak yang satu di depan anak yang lainnya.
9. Sebelum berangkat ke sekolah mesti sarapan terlebih dahulu.
Kutipan kedua :
"Ambilah hati anak-anakmu saat mereka masih kecil, karena saat dewasa engkau tak akan mampu lagi mengambil hati mereka"
Yang bisa saya tangkap dari kutipan ini bahwa, jika dari kecil anak tidak dekat dengan orang tua, maka besarnya nanti kedekatan itu juga tidak akan ada.
Ngeri juga ya jika ini terjadi, coba aja bayangi saking sibuknya kita kerja mencari nafkah yang mana nafkah itu untuk anak-anak yang sangat kita sayangi, kita tidak sempat lagi bermain, berpelukan dan berakrab-akraban dengan anak-anak, akhirnya pas waktunya mereka besar dan kitapun sudah tua, anak-anak tadi juga tidak terbiasa dekat, memeluk, menyentuh dan akrab-akraban dengan kita. Membayangkan kondisi seperti ini sangat menakutkan dan menyedihkan sekali bagi saya selaku orang tua. Na'uzubillahiminzalik.
Apa saja yang kami lakukan di keluarga agar hati kami menyatu, saling merindu, dan saling mencintai:
1. Sering makan bersama, kadang di meja makan, kadang dengan tikar. Sekali-kali makan di luar
jika lagi bosan dengan masakan umi heheee
2. Biasakan bersalaman dan berpelukan habis sholat berjamaah, dan ketika mau pergi keluar rumah.
3. Habis sholat maghrib semua tilawah Qur'an/mengaji, kemudian membimbing anak-anak
menyiapkan perlengkapan sekolah besok harinya, trus bercengkrama sampai waktu sholat isya
Setelah Isya semua anak-anak bersiap untuk tidur.
4. Tidak ada jadwal menonton televisi selain hari dan malam libur sekolah.
5. Sering berenang atau mandi air hujan bersama anak-anak
6. Sesering mungkin memberi hadiah ke anak-anak, walau hanya hadiah yang sederhana.
7. Mengajak anak-anak untuk berkunjung ke rumah keluarga, yang paling sering rumah nenek dan datuk mereka
8. Tidak memberi kesempatan kepada anak akan kepemilikan gadget diusia masih di Sekolah Dasar enam tahun.
9. Boleh pinjam gadget orang tua sekedarnya saja
10. Membiasakan budaya membaca dan menulis dengan menyediakan buku-buku bacaan yang bergizi di rumah
11. Jika pergi ke Mall, toko buku adalah tempat pertama yang dimasuki.
Alhamdulillah jika tulisan ini bisa bermanfaat dan dapat menginspisari para pembaca dalam usaha menggenggam hati anak-anak. Saya yakin semua kita punya cara, punya komitmen yang kaya akan kebiasan baik yang sudah membudaya di keluarga yang kita bangun, boleh dong di share di komentar di bawah ini, bagaimana tipsnya dan drama-drama yang terjadi saat kita mendidik anak-anak di rumah.
Wassalam
Apalagi kondisi sekarang saya sudah memiliki lima orang anak, yang usia kelimanya masih kategori anak-anak, anak pertama diusia 13 Tahun, anak kedua 12 Tahun, anak ketiga 10 Tahun, anak keempat 6 Tahun dan yang paling kecil baru usia 4 Tahun. baca
Dengan adanya lima anak , saya dan suami hampir tiap hari, tiap malam membahas perkembangan mereka, membahas kejadian-kejadian yang terjadi pada mereka, bisa jadi kejadian atau prkembangan ke arah yang positif kadang juga kejadian atau perkembangan yang negatif. Semua permasalahan anak kami bahas bersama, dari A sampai Z.
Kadang kala suami baru saja pulang, aku sudah nyerocos menyampaikan apa yang telah terjadi ketika suami sedang tidak di rumah, bedanya dengan suami yang lebih tinggi tingkat kesabarannya, biasanya ditunggunya dulu saya tenang, barulah dia berceria tentang ulah anak-anak selama saya tidak di rumah. Yah begitulah kondisi yang terjadi pada kami berdua yang memiliki lima orang anak yang usia mereka berdekatan. Semua ini dilakukan sebagai komitmen saya dan suami sejak awal pernikahan bahwa "Anak No Satu". Maksudnya urusan anak harus didahulukan ketika sedang ada masalah, urusan anak harus segera dituntaskan, karena saya dan suami sadar bahwa anak adalah investasi dunia dan akherat yang harus diperjuangkan bersama.
Bagi saya dan suami, selalu membahas permasalah anak dan menuntaskan segera setiap ada permasalahan pada anak-anak merupakan sebuah cara bagi kami agar dapat menggenggap kelima anak ini. Semua kami lakukan tidaklah mudah, penuh dengan drama. Agar saya dan suami tetap nyaman dengan semua permasalah yang datang silih berganti pada anak-anak, ada beberapa hal yang telah disepakati:
1. Selalu berdo'a untuk anak: kesehatan, kesuksesan, keselamatan, kebahagiaan, kesholehan dan semua do'a-do'a yang baik-baik untuk anak. Saya dan suami sepakat bahwa do'a adalah senjata dan kekuatan kami dalam mendidik anak-anak.
2. Punya komitmen bersama bahwa mendidik anak adalah tanggung jawab bersama.
3. Anak-anak harus dibekali dengan pendidikan Agama sejak dini.
4. Menyekolahkan anak di tingkat sekolah dasar, lanjutan, dan menengah harus di sekolah Agama, misalnya pesantren dan madrasah.
5.Kuliah di Perguruan tinggi di serahkan sepenuhnya pada minat dan bakat masing-masing anak.
6. Ketika merka dewasa ingin segera menghantarkan mereka ke jenjang pernikahan.
7. Tidak boleh membicarakan anak, selagi anak itu mendengar pembicaraan. karena biasanya kalau sudah berbicara anak kondisinya menjadi sebuah drama yang penuh intrik dan trik yang kadang drama itu seakan mau berakhir saat itu juga.
8. Tidak boleh membela anak yang satu di depan anak yang lainnya.
9. Sebelum berangkat ke sekolah mesti sarapan terlebih dahulu.
Kutipan kedua :
"Ambilah hati anak-anakmu saat mereka masih kecil, karena saat dewasa engkau tak akan mampu lagi mengambil hati mereka"
Yang bisa saya tangkap dari kutipan ini bahwa, jika dari kecil anak tidak dekat dengan orang tua, maka besarnya nanti kedekatan itu juga tidak akan ada.
Ngeri juga ya jika ini terjadi, coba aja bayangi saking sibuknya kita kerja mencari nafkah yang mana nafkah itu untuk anak-anak yang sangat kita sayangi, kita tidak sempat lagi bermain, berpelukan dan berakrab-akraban dengan anak-anak, akhirnya pas waktunya mereka besar dan kitapun sudah tua, anak-anak tadi juga tidak terbiasa dekat, memeluk, menyentuh dan akrab-akraban dengan kita. Membayangkan kondisi seperti ini sangat menakutkan dan menyedihkan sekali bagi saya selaku orang tua. Na'uzubillahiminzalik.
Apa saja yang kami lakukan di keluarga agar hati kami menyatu, saling merindu, dan saling mencintai:
1. Sering makan bersama, kadang di meja makan, kadang dengan tikar. Sekali-kali makan di luar
jika lagi bosan dengan masakan umi heheee
2. Biasakan bersalaman dan berpelukan habis sholat berjamaah, dan ketika mau pergi keluar rumah.
3. Habis sholat maghrib semua tilawah Qur'an/mengaji, kemudian membimbing anak-anak
menyiapkan perlengkapan sekolah besok harinya, trus bercengkrama sampai waktu sholat isya
Setelah Isya semua anak-anak bersiap untuk tidur.
4. Tidak ada jadwal menonton televisi selain hari dan malam libur sekolah.
5. Sering berenang atau mandi air hujan bersama anak-anak
6. Sesering mungkin memberi hadiah ke anak-anak, walau hanya hadiah yang sederhana.
7. Mengajak anak-anak untuk berkunjung ke rumah keluarga, yang paling sering rumah nenek dan datuk mereka
8. Tidak memberi kesempatan kepada anak akan kepemilikan gadget diusia masih di Sekolah Dasar enam tahun.
9. Boleh pinjam gadget orang tua sekedarnya saja
10. Membiasakan budaya membaca dan menulis dengan menyediakan buku-buku bacaan yang bergizi di rumah
11. Jika pergi ke Mall, toko buku adalah tempat pertama yang dimasuki.
Alhamdulillah jika tulisan ini bisa bermanfaat dan dapat menginspisari para pembaca dalam usaha menggenggam hati anak-anak. Saya yakin semua kita punya cara, punya komitmen yang kaya akan kebiasan baik yang sudah membudaya di keluarga yang kita bangun, boleh dong di share di komentar di bawah ini, bagaimana tipsnya dan drama-drama yang terjadi saat kita mendidik anak-anak di rumah.
Wassalam
Aduh reminder sekali ini bu. Memang kalo mau dekat sama anak tu harus sejak zaman bocah ya dideketin. Kalo udah gede, susaaah. Dia udah punya dunia sendiri.
Nulis ini jadi baperan, ingin balik dusun dek, peluk, sujud dan cium mak bak di dusuðŸ˜
Semoga segera ketemu pemilik bibit unggul yang akan tumbuh dan berkembang di rahim mu de junita...
Hello pembaca yang sholeh dan sholehah
Terima kasih ya, telah mampir dan baca tulisanku di blog www.firakahar.com ini.
Alhamdulillah wa syukrulillah aku bisa jumpai pembaca dengan menulis di blog, kalaulah ada tulisanku bermanfaat bagin pembaca, jangan sungkan dan ragu untuk di share, follow dan di coment ya.
Aku senang dan bahagia jika ada kritik ataupun masukan yang membangun terhadap tulisan-tulisanku di blog ini.
Jika ada kesempatan untuk bekerjasama boleh hubungi hp/wa-ku: 8117306556, by email_ku: mfwkk@yahoo.com
see you
regard from me
FIRA KAHAR